KOMPETISIDEBAT SASTRA TINGKAT SMA 2022. Temukan pengalaman dan gagasan baru melalui kesenian dan pemikiran di Salihara Arts Center. KOMPETISI. ACARA. SEWA. Dukung program kami. Selengkapnya. Previous. Next. Salihara Arts Center Jl. Salihara No.16, Ps. Minggu, Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520
› Selama pandemi Covid-19, kegiatan komunitas sastra di berbagai daerah tetap berjalan meski di ruang virtual. Sastra berjalan ke arahnya yang baru yakni sebagai gerakan akar rumput. Oleh BUDI SUWARNA, ELSA EMIRIA LEBA, MOHAMMAD HILMI FAIQ, DWI AS SETIANINGSIH 6 menit baca ARSIP LAKOAT KUJAWASSuasana lokakarya musikalisasi puisi yang dilakukan oleh anak-anak di Mollo Utara, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. didirikan Dicky Senda pada 2016, merupakan kewirasahaan sosial yang fokus pada pengembangan pendidikan, kebudayaan, dan ekonomi kreatif masyarakat lokal. KOMPAS, JAKARTA — Dalam beberapa tahun terakhir, komunitas-komunitas sastra tumbuh subur di berbagai daerah. Komunitas-komunitas itu bergerak ke arah baru yakni sebagai bagian dari gerakan literasi dan pemberdayaan di akar rumput. Komunitas ini diikuti beragam kalangan, mulai dari anak-anak, orang dewasa, mahasiswa, karyawan di perkotaan, hingga ibu rumah tangga di desa. Pengamat melihat hal ini sebagai gejala demokratisasi sastra yang menjanjikan lahirnya aneka wacana sastra antara lain tumbuh di Sulawesi Barat. Dahri Dahlan, sastrawan Mandar, Kamis 3/3/2022, menceritakan, saat ini setidaknya ada 13 komunitas sastra yang melibatkan banyak warga dari berbagai kalangan, termasuk buruh migran di beberapa kabupaten di Sulbar. Sebagian komunitas, terutama yang bergerak di bidang teater, sudah ada sejak 1990. Sebagian lagi baru muncul pada tahun 2000-an. Kemunculan komunitas-komunitas itu diikuti dengan ledakan penerbitan buku sastra pada 2015. ”Tiba-tiba saja orang Sulbar seperti berlomba-lomba menulis dan menerbitkan buku cerita. Bersastra sudah seperti gaya hidup saja,” ujar Dahri, penulis cerita anak mandar Kisah Samariona yang diadaptasi menjadi drama sinisiar podcast oleh Teater buku-buku yang ditulis penulis lokal, lanjut Dahri, didorong munculnya penerbit-penerbit buku di Polewali, salah satunya yang cukup intens menerbitkan buku adalah Gerbang Visual. Sebelumnya, penulis di Sulbar menerbitkan buku di penerbitan di Yogyakarta. Lantas bukunya dikirim ke Sulbar. Sekarang dengan adanya penerbit buku lokal, penerbitan buku jadi lebih murah dan massif. Penulis juga lebih bebas berdiskusi terkait isi buku termasuk narasi yang ingin PaqissangangSalah satu kegiatan Bendipustaka Paqissangang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Tampak seorang remaja putri yang masih sangat belia membacakan salah satu puisi dari penyair terkenal kita, Chairil Anwar, yang terhimpun dalam buku AKU.”Kami penulis jadi punya pikiran bagaimana membuat corak baru dari satra Mandar yang berbeda dengan daerah lain,” ujar Dahri yang juga dosen pada Program Studi Sastra Indonesia Universitas Mulawarman, Kalimantan gairah sastra di Sulbar, lanjut Dahri, muncul penulis-penulis baru yang menekuni isu-isu spesifik. Salah seorang di antaranya Nasmawati Nahar yang fokus menulis kisah perempuan dan buruh migran korban di Mollo Utara, Timor Tengah Selatan, NTT, lahir komunitas yang diinisiasi oleh Dicky Senda. Komunitas yang bermula di sebuah perpustakaan kecil itu kini beranggotakan sekitar 200 anak dan 50 warga dewasa yang tersebar di beberapa desa, seperti Taiftob dan juga Selamatkan Sastra dari KebangkrutanLewat berbagai pelatihan penulisan dan kolaborasi, anggota komunitas berhasil menulis aneka buku yang ceritanya diangkat dari tradisi adat, legenda, dan fabel Mollo. Mereka juga mengambil foto-foto Mollo dan mengumpulkan resep-resep kuliner Mollo. Semua itu lantas dibuatkan arsipnya di media sosial. Lewat media sosial pula mereka mengampanyekan Mollo ke dunia Senda mengatakan, dulu banyak anak muda tidak tahu sejarah, budaya, dan narasi Mollo. Sekarang mereka sudah belajar lagi. ”Seni dan budaya menjadi jembatan penghubung generasi muda dan tua karena menyentuh perasaan dan jiwa, relevan dengan kehidupan,” kata Dicky, Rabu 2/3/2022.ARSIP LAKOAT KUJAWASSuasana proses perekaman musikalisasi puisi dari buku Tubuhku Batu, Rumahku Bulan oleh komunitas di Mollo Utara, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. didirikan Dicky Senda pada 2016, merupakan kewirausahaan sosial yang fokus pada pengembangan pendidikan, kebudayaan, dan ekonomi kreatif masyarakat lokal. Di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, tumbuh komunitas Babasal Mombasa yang merupakan akronim tiga suku yang ada di Banggai, yakni Banggai, Balantak, dan Saluan. Adapun Mombasa artinya membaca. Ama Achmad, pendiri Babasal Mombasa, mengatakan, komunitas itu dibentuk sebagai penanda identitas kultural Banggai. Komunitas ini rajin merekam peristiwa yang terjadi di Banggai dalam bentuk tulisan, menggelar malam puisi, dan merancang penerbitan buku-buku sastra di kabupaten yang sampai sekarang tidak memiliki toko buku serupa muncul di Madura. Salah satu penandanya adalah komunitas Perempuan Membaca yang didirikan Iffah Hannah pada 2016. Di komunitas ini, perempuan dari berbagai latar belakang dan usia didorong untuk saling berbagi cerita buku yang mereka baca, mendiskusikan persoalan yang sering dihadapi perempuan. Sebagian anggota rajin menulis pengalaman mereka di situs komunitas dalam aneka genre Solok, Sumatera Barat, muncul komunitas Gubuak Kopi pada 2012. Komunitas yang diinisiasi Albert Rahman Putra ini mendokumentasikan banyak hal tentang Solok lewat program Vlog Kampuang. Kampanye ini mendapat tanggapan antusias dari masyarakat Solok dengan mengirim dokumentasi potret sosial dan wajah kontemporer Solok. Hingga saat ini, sudah ada sekitar unggahan di akun solokmilikwarga di juga Gairah Berkisah Penulis TuaKomunitas juga merilis buku, menggelar sejumlah proyek seni dan sastra, dan menemani 100 penulis muda yang menjadi anggotanya. “Kami ingin membangun narasi tentang Solok dengan berbagai metode,” kata serupa muncul pula di berbagai daerah di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Jawa Barat, dan lain-lain. Pada masa pandemi Covid-19, kegiatan komunitas sastra di berbagai daerah tetap jalan meski pindah ke ruang virtual. Dari pelosok-pelosok daerah di Indonesia mereka menggelar webinar penulisan sastra atau diskusi sastra di IG Live, bahkan residensi Perempuan Membaca, misalnya, menggelar IG Live untuk berbagi pengalaman soal novel pesantren dengan menghadirkan Khilma Anis, penulis Hati Suhita, yang oplahnya hampir mencapai eksemplar lewat penjualan sendiri tanpa toko sastraNirwan Arsuka, inisiator program literasi Pustaka Bergerak, melihat, munculnya komunitas-komunitas dalam beberapa tahun terakhir sebagai fenomena menarik karena di situ ada semacam demokratisasi kegiatan sastra. Pelakunya bukan hanya para sastrawan yang cukup mapan, melainkan juga kalangan lain yang semula tidak banyak bersentuhan dengan dunia DESTIAN/GALERI NASIONAL INSuasana Pameran Daur Subur 7 Circumstance pada tahun 2021. Circumstance adalah presentasi publik dari studi mengenai keterkaitan unsur dan elemen masyarakat di Kelurahan Kampung Jawa, Solok, Sumatera Barat. Proyek lanjutan dari proyek seni Daur Subur ini digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi, sebuah komunitas yang didirikan Albert Rahman Putra. “Ini sebenarnya dilakukan sejak dulu. Tetapi kawan-kawan komunitas sekarang fasih menggunakan medium sastra sebagai ekspresi kultural maupun politik. Mereka menggunakan sastra bukan untuk ego individu tapi kolektif. Kecenderungan ini meluas di banyak daerah yang jauh dari Jawa,” ujar Nirwan, Rabu 3/3/2022.Fenomena ini, lanjut Nirwan, penting karena melahirkan narasi-narasi baru yang dikemas dalam aneka medium mulai teks tertulis, pertunjukan drama, komik, film, dan lain-lain. Perspektif yang mereka gunakan juga sangat berbeda dengan perspektif dominan dalam melihat persoalan melihat ada beberapa faktor yang mendorong fenomena tersebut. Pertama, kemudahan dalam memperoleh dan menyebarkan informasi di era dgital. Kedua, tumbuhnya penerbitan-penerbitan indie di berbagai daerah. Ketiga, ada kesadaran di kalangan komunitas sastra bahwa mereka mesti memiliki suara yang otentik. ”Sekarang suara-suara pinggiran dianggap penting dan makin dihargai. Ini merangsang kawan-kawan untuk menggali narasi-narasi lokal,” ujar jaringan komunitas sastra di daerah, lanjut Nirwan, belajar dari Yogyakarta dan Bandung yang secara kultural dianggap sebagai tandingan narasi Jakarta. Komunitas sastra di Yogyakarta dan Bandung masih ada yang setia mendampingi komunitas-komunitas sastra di daerah, mengajari mereka mengedit buku, dan mendorong teman-teman untuk pulang ke daerah masing-masing dan mengembangkan sastra di sastra di daerah, lanjut Nirwan, telah menghasilkan banyak karya dengan perspektif yang unik. ”Soal lahirnya karya yang punya kualitas tinggi kita tinggal tunggu waktu saja,” ujar yakin hal itu akan karena dari sejumlah komunitas sastra muncul penulis-penulis yang menunjukkan kemampuan yang semakin hebat dalam menggunakan bahasa Indonesia. ”Kawan-kawan di Sulsel dan NTT misalnya penggunaan bahasanya tidak kalah dengan penulis di Jawa, bahkan ada yang lebih bagus,” kata Nirwan. BSW/DOE/MHF/LSA
Setahusaya, belum ada seorang pun di Indonesia ini yang mendefinisikan istilah "sastra komunitas". Ketika saya terlibat dalam pemetaan komunitas sastra di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabotabek) yang dilakukan Komunitas Sastra Indonesia (KSI), istilah tersebut pun tak didefinisikan dalam hasil pemetaan itu.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. fun% - Ide kreatif,unik disertai konsep yang teruji akan mampu menjadi sesuatu yang diharapkan semua pihak. Termasuk memberdayakan komunitas berbasis wisata yang ada di DKI Jakarta, terutama 12 Destinasi Jakarta Utara. Kota Jakarta Utara tak pernah sepi dengan segala aktivitas para komunitasnya. Hasil kunjungan dan pantauan di sejumlah titik 12 destinasi sangat beragam komunitasnya, seperti di Kelapa Gading ada komunitas robotic, air soft gun, mobil, sepeda dan penggila olahraga lainnya tak ketinggalan pencinta kulinernya. Islamic centre yang merupakan kajian dan pusat kegiatan religi banyak komunitas-komunitas pelajar, mahasiswa yang kerap mengunjungi mesjid terbesar di Jakarta Utara melalui kajian, diskusi, seminar dan membedah persoalaan keagamaan hingga mengundang wisatawan daerah dan mancanegara. Stasiun Tanjungpriok, salah satu destinasi kerap disambangi turis dan komunity tempoe doloe, klub fogorafer serta pencinta historia Kota Jakarta dan penggila arsitektur. Kampoeng Tugu dengan keunikan dan wisata seni serta sejarah keroncong juga merupakan pusat komunitas pencinta keroncong. Lantunan kerontjong toegoe tak tertandingi hingga mancanegara, bahkan beberapa pelatihan jurnalistik kerap menjadikan kampung Tugo serta Kerontjong Toegoe menjadi bahan tulisan. Bahtera Jaya atau Yacht Club menjadi pusat komunitas olahraga air, banyak pencinta olahraga layar, kayak, ski yang menjadikan Bahtera Jaya Ancol sebagai tempat berbagi ilmu terutama di olahraga air . Tak ketinggalan Bahtera Ancol menjadi pusat wisata mancing antar pulau-pulau di Indonesia dengan komunitas Kamikazenya. Ancol Taman Impian menjadi patron destinasi wisata di seluruh Indonesia termasuk pusat segala komunitasnya, skalanya sudah mendunia. SUnda Kelapa pantas disebut mutiaranya fotografer, para komunitas menjadikan pelabuhan tradisionalnya sebagai acuan fotografer untuk mengabadikan kegiatan dan perahu phinisnya. Hutan suaka margasatwa Muara Angke, baik komunitas foto, Bird Watching, lingkungan selalu menjadikan areal hutan bakau ini tujuan pelestarian dan selalu dilindungi para komunitas lingkungan hingga tercipta komunitas lingkungan yang selalu lahir dari Hutan Muara Angke. Pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi wisata, Pemprov DKI kembangkan konsep wisata berbasis komunitas community based tourism. Sedikitnya terdapat sekitar 160 komunitas berpotensi menjadi tempat wisata. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI, Arie Budiman, menyatakan langkah ini sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi wisata. Mengingat di tengah pesatnya pertumbuhan industri pariwisata global dan nasional, keberadaan mereka kerap tersisihkan. 1 2 Lihat Travel Story Selengkapnya
Oleh ACEP ZAMZAM NOOR. AKHIR dekade 1980-an banyak muncul komunitas-komunitas sastra di daerah. Gejala ini menandai bahwa kegiatan sastra tidak lagi terpusat di kota besar seperti Jakarta, Bandung atau Yogyakarta. Munculnya komunitas-komunitas sastra di daerah ini selain ditandai dengan aktivitas menulis, membaca puisi dan diskusi dari para
Untuktempat nongkrong komunitas seni all in one di Jakarta, anda bisa berkunjung ke Komunitas Salihara Art Centre. Lokasi yang telah berdiri selama 10 tahun ini seringkali menjadi lokasi pertunjukan seni teater, tari, konser musik, pemutaran film, hingga pembacaan sastra.
Komunitassastra tentu tidak hanya ada di Jakarta dan kota-kota besar saja, tapi juga di daerah-daerah. Bagus sekali Kongres KSI ini bisa diadakan di Kudus, tidak di Jakarta atau kota besar lainnya. Jika ada istilah 'komunitas sastra', saya ingin menambahkan istilah 'sastra komunitas'.
Berbicarakomunitas sastra, tentu tidak bisa melupakan pada komunitas Persada Studi Klub (PSK) di Yogyakarta. Komunitas PSK yang digawangi oleh mahaguru penyair Umbu Landu Paranggi dianggap sangat berhasil dalam menanamkan semangat berkarya pada anggota dan dalam berbagai warna karya penggiatnya. Beberapa penggiatnya sekadar menyebut beberapa nama antara lain Iman Budhi Santosa, Ragil Surwarna
0fAo. zcw5354asj.pages.dev/400zcw5354asj.pages.dev/892zcw5354asj.pages.dev/430zcw5354asj.pages.dev/435zcw5354asj.pages.dev/805zcw5354asj.pages.dev/405zcw5354asj.pages.dev/925zcw5354asj.pages.dev/709
komunitas sastra di jakarta