GusMus, memandang bahwa kasi 1 komentar Baca selengkapnya Dari cerpen di atas terlihat sekali bagaimana hukum tidak dijalankan dengan baik terhadap orang yang bersalah semua dapat di kalahkan dnegan adanya kekuasaan dari suatu pihak hal itu terlihat jelas pada cerpen di atas. pada cerpen ini juga banyak digunakan penggunaan bahasaPuisi — Kiai Haji Mustofa Bisri alias Gus Mus merupakan penyair yang cukup aktif menulis puisi dan juga melukis. Puisi “Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana” termasuk karya Gus Mus yang cukup fenomenal. Meski ditulis tahun 1987, puisi ini masih sangat relevan dengan kondisi sosio-kultural masyarakat Indonesia hari ini. Puisi Gus Mus satu ini mencoba untuk merepresentasikan geliat abu-abu pola pikir manusia dan hasil perenungan dan keresahan Gus Mus dalam membaca keadaan sumber daya masyarakat kita. Baiklah mari kita baca dan renungkan sejenak sajak-sajak gus mus, selamat membaca. “Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana“ Kau ini bagaimana Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanyaKau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir Aku harus bagaimanaKau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigaiKau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadaiKau ini bagaimana Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kakuKau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-planAku harus bagaimana Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakikuKau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu akuKau ini bagaimana Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwaKau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnyaAku harus bagaimana Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannyaAku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lainKau ini bagaimana Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saatKau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikaiAku harus bagaimana Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannyaAku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannyaKau ini bagaimana Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumahKau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanahAku harus bagaimana Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadiAku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam BisshowabKau ini bagaimana Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu akuKau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukkuAku harus bagaimana Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumuKau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa tergangguKau ini bagaimana Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwisKau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatisAku harus bagaimana Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marahKau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte sajaKau ini bagaimana Aku bilang terserah kau, kau tidak mauAku bilang terserah kita, kau tak sukaAku bilang terserah aku, kau memakikuKau ini bagaimana Atau aku harus bagaimana Rembang, 1987.
WARTAPONTIANAK - Menjadi pemimpin yang handal di masa depan harus melakukan perubahan radikal dan itu sudah dicontohkan oleh Soekarno, Muhammad Hatta, dan Gus Dur. Hal ini dikatakan Ahmad Suaedy, Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama (UNUSIA) Jakarta, saat berbicara pada Pendidikan dan Pelatihan
Jakarta - Puisi karya KH Ahmad Mustofa Bisri Gus Mus berjudul 'Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana' ramai diperbincangkan usai dibacakan cagub Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Salah satu bait puisi dianggap menyudutkan umat Islam soal panggilan Azan. Puisi tersebut dibacakan Ganjar di sebuah acara televisi. Setelah itu, foto Ganjar dengan kutipan puisi 'Puisi Ganjar Pranowo Kau bilang Tuhan sangat dekat, namun kau sendiri memanggilnya dengan pengeras suara setiap saat' viral di media sosial.[GambasVideo 20detik] Sebenarnya, bukan hanya Ganjar saja yang pernah membawakan puisi tersebut. Puisi yang dibuat pada tahun 1987 itu juga pernah dibacakan oleh mantan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar dan Ketua MUI NTT Abdul Kadir Makarim pada 2016 lalu. Selain itu, karya Gus Mus itu juga sempat membuat heboh pada 2016 lalu ketika beredar puisi tiruan. Dilihat detikcom dari situs resmi Nahdlatul Ulama NU, pihak NU langsung memberikan klarifikasi dan menyebut puisi yang beredar adalah hoax. Puisi palsu itu mengambil judul dan stuktur kalimat yang mirip karya Gus Mus namun mengulas makna yang berbeda. Berikut isi puisi karya Gus Mus berjudul 'Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana' yang dikutip detikcom dari situs Kementerian AgamaKau ini bagaimana...Kau bilang aku merdekaTapi kau memilihkan untukku segalanyaKau ini bagaimana...Kau suruh aku berfkirAku berfikir kau tuduh aku kafirAku harus bagaimana...Kau suruh aku bergerakAku bergerak kau waspadaiKau bilang jangan banyak tingkahAku diam saja kau tuduh aku apatisKau ini bagaimana...Kau suruh aku memegang prinsipAku memegang prinsipKau tuduh aku kakuKau ini bagaimana...Kau suruh aku toleranAku toleran kau tuduh aku plin-planAku harus bagaimana...Kau suruh aku bekerjaAku bekerja kau ganggu akuKau ini bagaimanaKau suruh aku taqwaTapi khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwaKau suruh aku mengikutimuLangkahmu tak jelas arahnyaAku harus bagaimanaAku kau suruh menghormati hukumKebijaksanaanmu menyepelekannyaAku kau suruh berdisiplinKau mencontohkan yang lainKau bilang Tuhan sangat dekatKau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara setiap saatKau bilang kau suka damaiKau ajak aku setiap hari bertikaiAku harus bagaimanaAku kau suruh membangunAku membangun kau merusakkannyaAku kau suruh menabungAku menabung kau menghabiskannyaKau suruh aku menggarap sawahSawahku kau tanami rumah-rumahKau bilang aku harus punya rumahAku punya rumah kau meratakannya dengan tanahAku harus bagaimanaAku kau larang berjudipermainan spekulasimu menjadi-jadiAku kau suruh bertanggungjawabkau sendiri terus berucap Wallahu A'lam Bis ShowabKau ini bagaimana..Aku kau suruh jujurAku jujur kau tipu akuKau suruh aku sabarAku sabar kau injak tengkukkuAku kau suruh memilihmu sebagai wakilkuSudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumuKau bilang kau selalu memikirkankuAku sapa saja kau merasa tergangguKau ini bagaimana..Kau bilang bicaralahAku bicara kau bilang aku ceriwisKau bilang kritiklahAku kritik kau marahKau bilang carikan alternatifnyaAku kasih alternative kau bilang jangan mendikte sajaKau ini bagaimanaAku bilang terserah kauKau tak mauAku bilang terserah kitaKau tak sukaAku bilang terserah akuKau memakikuKau ini bagaimanaAtau aku harus bagaimana nkn/imk
Liriklagu ini sering terdengar di pertunjukan pentas seni Jakarta di awal tahun 2000-an. Jimi Multhazam, Gus Mus dengan lugas merekamnya melalui puisi-puisinya. Lihat saja syair dari puisi: Kau ini bagaimana atau aku harus bagaimana. Kata-kata Gus Mus menggambarkan kebingungan untuk mengambil sikap pada masa itu. Tidak hanya Gus MusGus Mus adalah seorang Kiai kharismatik yang sangat dekat dengan rakyat, melalui pemikiran-pemikirannya. Gus Mus juga termasuk Kiai yang aktif dan banyak memunculkan pemikiran-pemikiran dan dakwahnya melalui seni khususnya puisi. Di bawah ini adalah salah satu puisi yang menjadi masterpiece’ dari Gus Mus. Puisi ini menggambarkan kekritisan baliau untuk menyuarakan suara rakyat kepada pemerintahan saat itu orde baru. semoga bermanfaatKau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana Kau ini bagaimana? kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir aku harus bagaimana? kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai kau ini bagaimana? kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin plan aku harus bagaimana? aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimbung kakiku kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku kau ini bagaimana? kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya aku harus bagaimana? aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya aku kau suruh berdisiplin, kau mencontohkan yang lain kau ini bagaimana? kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara tiap saat kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai aku harus bagaimana? aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya kau ini bagaimana? kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah aku harus bagaimana? aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap wallahu a’lam bissawab kau ini bagaimana? kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku aku harus bagaimana? aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu kau ini bagaimana? kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis aku harus bagaimana? kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja kau ini bagaimana? aku bilang terserah kau, kau tidak mau aku bilang terserah kita, kau tak suka aku bilang terserah aku, kau memakiku kau ini bagaimana? atau aku harus bagaimana? 1987 Mustofa Bisri Gus MusAkumengenalnya udah lama, namun baru akhir-akhir ini saja aku merasa dekat dengannya, mungkin karena beberapa kesibukan yang sama diorganisasi. Dia baik, care, pinter, dan pengertian. Sering aku tak memintanya membantuku namun ia Berikut ini puisi Gus Mus 'Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana' yang sarat akan makna. Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus lahir merupakan pimpinan Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin yang mengarang puisi 'Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana'. Gus Mus mengarang puisi yang sarat akan makna sebagai media penolakan dan penentangan terhadap penguasa politik dan orang yang berkuasa. Baca Juga Lirik Sholawat Turi Putih Habib Syech Berikut Makna dan Karangan Sunan Giri Sebagai seorang sastrawan dan kiai bangsawan, Gus Mus sering menciptakan karya tulis seperti cerpen dan novel serta menekuni seni lukis. Salahsatu karya populernya yaitu puisi berjudul 'Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana'. Puisi Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana Kau ini bagaimanaKau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanyaKau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir Aku harus bagaimanaKau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigaiKau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
Puisigus mus atau KH Mustofa Bisri atau Gus Mus hanya menanggapi santai soal puisi karyanya yang belakang kemarin sempat menjadi perbincangan. Puisi yang sa
Kau ini bagaimana? kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir aku harus bagaimana? kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai kau ini bagaimana? kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aq plin plan aku harus bagaimana? aku kau suruh maju, aku mau maju kau serimpung kakiku kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku kau ini bagaimana? kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya aku harus bagaimana? aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya aku kau suruh berdisiplin, kau mencontohkan yang lain kau ini bagaimana? kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil- manggilnya dengan pengeras suara tiap saat kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai aku harus bagaimana? aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya kau ini bagaimana? kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah- rumah kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah aku harus bagaimana? aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi- jadi aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap wallahu a ’lam bissawab kau ini bagaimana? kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku aku harus bagaimana? aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu kau ini bagaimana? kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis aku harus bagaimana? kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja kau ini bagaimana? aku bilang terserah kau, kau tidak mau aku bilang terserah kita, kau tak suka aku bilang terserah aku, kau memakiku kau ini bagaimana? atau aku harus bagaimana?
KauIni Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana Kau ini bagaimana? kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir atau aku harus bagaimana? 1987 Mustofa Bisri (Gus Mus) Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook. 0 komentar:
Bagikan:Tweet. ANA BUNGA. Terjemahan bebas (Adaptasi) dari puisi Kurt Schwittters, Anne Blumme. Oleh : Sutardji Calzoum Bachri. Oh kau Sayangku duapuluh tujuh indera. Kucinta kau. Aku ke kau ke kau aku. Akulah kauku kaulah ku ke kau. Lagu india berjudul ‘Vaaste’ yang dinyanyikan oleh Dhvani Bhanushali bersama Tanishk Baghci.Merupakan salah satu lagu dari album berjudul ‘Vaste’ pula. Lagu ini rilis pertama kali pada tahun 2019 silam. Sejak awal diunggah di YouTube Chanel T – Series pada 6 April 2019, hingga tulisan ini tayang, video klip lagu ‘Vaaste’ sudah ditontonPagiini aku dan keluargaku ingin bertamasya ke Taman Mini, tapi entah mengapa perasaanku sangat tidak enak dan berniat untuk tidak ikut bertamasya. Tapi Ibuku memaksaku untuk tetap ikut karena ini adalah liburan keluarga yang pertama. Ayah sibuk memeriksa mobil yang di sewanya, Ibu sibuk menyiapkan bekal yang akan dibawa nanti, sedangkan adikku
N7Lc.